Nilai Tukar Rupiah ke Dollar saat ini menjadi sorotan bagi
masyarakat dan para pakar ekonomi. Kelemahan nilai tukar rupiah pada dolar Amerika Serikat
dinilai saat ini dapat menahan laju perkembangan ekonomi nasional.
Beberapa orang di
Ekonomi Asia Pasifik Economic & Market Analysis, City Research Helmi Arman
di dalam risetnya yang dipublikasikan pada hari ini, selasa (30/7/2013)
menjelaskan bahwa meningkatnya Cost dari impor dapat beresiko negatif pada
perkembangan ekonomi dewasa ini. Perihal ini dikarenakan beberapa besar bahan
baku untuk rata - rata industri di Indonesia dipenuhi dari impor, layaknya
halnya seperti bahan bakar serta bahan industri non-bahan bakar.
Untuk pelaku sektor riil, pelemahan rupiah akan menghimpit
margin di sektor manufaktur. Perihal ini lantaran manufaktur sangatlah
bergantung pada impor bahan baku oleh eksportir, serta pasar ekspor yang saat
ini bisa dibilang rendah.
Pasar ekspor yang saat didominasi sebagian industri yang
terhitung dalam kelompok ini adalah kendaraan baja, bahan kimia, dan farmasi
manufaktur. Akan tetapi ada juga industri yang mempunyai impor rendah atau
biasa disebut lob impor content, tetapi beberapa ekspor yang besar dapat
mendapat keuntungan dari melemahnya mata uang, seperti minyak kelapa sawit,
kertas, dan manufaktur furnitur.
ANALISIS :
lemahnya
rupiah terhadap dollar bias dikatakan factor utamanya adalah imbas dari krisis
ekonomi global yang melanda dunia. Banyak dampak yang dihasilkan oleh perkara
ini baik dampak negative ataupun positif meski memang sudah tentu sisi negative
lebih banyak karna masalah ini. Adapun cara untuk menghadapi permasalahan ini
adalah semua lini atau sendi perekonomian harung saling bahu membahu untuk
tetap menjaga stabilitas ekonomi masing-masing sector dan jangan panik agar
Negara kita tidak terjadi hal yang tidak diinginkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar